Pages - Menu

Kamis, 03 Mei 2012

KETEGASAN SIKAP RASULULLAH

Sepenggal kisah yang terurai berikut menyadarkan saya bagaimana dahsyatnya virus KEMISKINAN menyerang umat muslim zaman ini. Sebuah cerita yang mungkin sudah biasa kita dengar atau menjadi bahasan di berbagai tajuk surat kabar. Seorang bapak-bapak, sebut saja Pak Tejo, mulai berkisah tentang masa remajanya ditemani panasnya cuaca bercampur semilir angin dari kipas angin yang terpasang di salah satu sudut ruangan ketika itu. Dialog itu pun mengalir begitu saja dalam pertemuan kami yang sudah direncanakan Allah. (saat sedang membaca koran) A : Jaman sekarang orang semakin gak takut dosa ya Pak. Mau jadi PNS aja musti bayar ratusan juta, katanya untuk administrasi. Apa itu.. Administrasi kok sampe 100 juta. Pak Tejo : Iya mbak, itulah dunia. Wong dulu bos saya sebelum pensiun juga nawarin saya kok. Katanya saya sudah pantes jadi atasan karena sudah kerja bertahun-tahun. Saya sudah ngerti mbak maksudnya. Dia itu nawarin saya, kalau mau bayar sekian ratus juta, saya bisa jadi pimpinan disini. Ya gitu mbak, dimana-mana sekarang kalau gak pake uang, jangan harap bisa hidup enak… A : lha tapi pak, di dunia hidup enak, tapi nanti di akhiratnya disiksa gimana.. Pak Tejo : hahaha.. mbak..mbak.. sekarang kalau orang udah kepepet gimana mbak?? Saya inget waktu saya masih kecil, dari SD saya tidak pernah yang namanya sekolah dibiayani orang tua. Saya mau sekolah ya cari uang sendiri. Sudah gitu, bapak saya masih mintai saya uang buat adek2 saya. Saya kan anak pertama, adek saya ada 5. Bayangkan mbak, saya masih SMP di Semarang, sekolah sambil bertahan hidup dan masih dijaluki duwit. Waktu itu yo saya gak mikir panjang mbak. Segala macem kerjaan saya lakoni, yang penting dapet uang. Kalau cuma jualan koran aja uange gak cukup lho mbak. Yang namanya sel penjara itu saya sudah gak asing mbak. A : Tapi kan masih ada kerjaan lain yang lebih halal pak? Pak Tejo : Lha saya kan kepepet. Saya waktu itu kepengen banget bisa sekolah tapi bapak saya bukannya mbiayai, dukung, malah anaknya dirampokin terus. Kalau saya gak dapet uang, saya malah habis mbak. Makanya sekarang saya ini seakan-akan gak takut sama siapa-siapa. Kadang sholate males itu yo masih sisa-sisa tabiat saya dulu mbak. A : (diam tanpa kata) HARTA, itulah fitnah dunia yang sangat sering berhasil mengecoh manusia. Parahnya, kaum muslim yang sudah mendapat contoh dari sang Teladan, Nabi Muhammad pun, masih bisa kalah oleh fitnah ini. Cerita di atas masih sangat mengena dalam pikiran. Betapa dunia saat ini sudah sangat parah. Kembali teringat pula ketika mengikuti tes tertulis di sebuah perusahaan. Kami diminta untuk mendiskusikan prioritas permasalahan Indonesia yg sebaiknya diselesaikan dulu. Ada masalah kebodohan, kemiskinan, korupsi, politik, terorisme, dll (ada 20 masalah). Saat itu kelompok kami memilih kebodohan sebagai masalah yg harus diselesaikan pertama kali. Namun sekarang diri ini kembali berfikir. Orang pinter, tapi akhlaknya buruk, tetap saja tidak akan menyelesaikan masalah kemiskinan, tp justru menimbulkan masalah lain spt korupsi, kriminalitas, politik, dsb. Sayang ketika itu akhlak tidak ada dalam list pemasalahan di Indonesia. Permasalahan harta menjadi semacam lingkaran setan yang tidak berujung. Dibidang apapun kita berada, pelanggaran hak dan egoisme pribadi untuk mendapat uang lebih banyak selalu saja terjadi. Padahal, apa yang diajarkan Rasulullah sangatlah jauh dari semua itu. Benarkah? Memang bagaimana Rasulullah mengajarkan?? Sudah selayaknya, kita sebagai umat Islam bersyukur karena Allah telah menurunkan seorang teladan yang sangat baik hingga tidak ada dosa dalam dirinya. Seorang teladan dari kalangan manusia. Memiliki unsur yang sama, jasad, ruh, dan akal. Apalagi yang masih membuat kita ragu untuk meniru beliau?? Beberapa LSM mencoba menjelaskan beberapa alasan kenapa masih banyak anak-anak jalanan yang mengamen dan mengemis padahal seharusnya mereka bisa melakukan hal yang jauh lebih bermanfaat. Dua alasan utama adalah karena mereka menganggap mengamen, mengemis, bahkan mencuri bisa mendatangkan uang bagi mereka daripada harus pusing belajar. Kalau dapat uang, bisa makan enak, beli baju bagus, dan lain sebagainya. Alasan lainnya adalah karena kondisi keluarga yang sama sekali tidak mendukung mereka untuk meraih pendidikan, atau melakukan pekerjaan lain yg lebih baik, meski hasilnya kecil. Selalu saja maslah uang yang menjadi ujung pangkalnya. Mari kita lihat bagaimana kondisi Rasulullah dan keluarganya. Ibnu Sabiq pernah merinci sifat zuhud Rasulullah. Suatu ketika Umar bin khattab r.a melihat Rasulullah sedang tidur di atas selembar tikar yang sudah usang dan tubuh beliau terkena bekas garir-garisnya. Umar lalu menangis, kemudian Rasululloh bertanya,”mengapa engkau menangis?” Umar berkata,
“Bagaimana keadaan Kisra (Maharaja Persi) dan Kaisar (Maharaja Romawi), tidur di atas sutra tebal dan tipis, sedangkan Tuan sebagai rasul Allah, sampai membekas di lambung Tuan hamparan tikar itu“. Rasulullah lalu menjawab,”Hai Umar, tidakkah engkau rela jikalau dunia ini mereka yang memilikinya, sedangkan kita akan memiliki akhirat“. Tidak hanya untuk beliau saja sikap bijak terhadap harta dunia ini beliau ajarkan, namun juga terhadap istri dan anak-anaknya. Ingatkah pembaca tentang cerita Fatimah yang ingin memiliki seorang pembantu dirumahnya? Jika Anda lupa, mari saya ingatkan. Fatimah, putri Rasulullah hidup serba kekurangan saat sudah berkeluarga dengan Ali. Ia tidak memiliki pembantu padahal pekerjaannya sehari-hari cukup melelahkan. Ia harus menggiling gandum hingga tangannya melepuh, mengambil air dengan geriba hingga dadanya sakit, dan beberapa pekerjaan lain. Hal ini membuat sang suami terenyuh dan akhirnya menyarankan Fatimah untuk meminta salah seorang tawanan perang Rasulullah untuk dijadikan pembantu. Ketika Rasulullah selesai berperang dan membawa banyak tawanan, Fatimah pun memberanikan diri untuk memintanya kepada Sang Ayah. Akan tetapi Rasulullah dengan tegas menjawab, “Demi Alloh aku tidak akan memberikan seorang pelayan pun kepada kalian berdua karena aku tidak mau membiarkan ahli suffah (orang2 fakir yang tinggal di Serambi Masjid Nabawi) melipat perutnya karena lapar…” (shahih bukhari). Padahal kita tahu, Fatimah adalah putri kesayangan Rasulullah. Subhanallah…dimana kita bisa menemukan akhlak seperti ini di zaman sekarang?? Pasti masih ada, tapi mereka sangat amat sedikit jumlahnya. Adapun kaum fakir yang sering kita temui saat ini kebanyakan adalah mereka yang menjadikan pengemis sbg sebuah profesi. Naudzubillah.. Oleh karena itu, mari buka mata, mendekatlah. Jangan hanya memandang rendah, karena bisa jadi kitalah yang lebih rendah. Jadilah salah seorang penyeru yang mampu memperbaiki akhlak, memperbaiki dunia meski sedikit. Awalnya, jadilah contoh. Jika ingin mengajarkan sebuah kesederhanaan yang bijaksana, maka sederhanakan dulu diri kita. Karena dalam kesederhanaan itu seringkali mampu menunjukkan lebih banyak makna. SUMBER:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda Mengenai Artikel di atas
Terima kasih

el-kamil ibnu ishaq