Kisah ini NYATA adanya, tanpa bumbu-bumbu penyedap yang bisa membius lidah pembaca. Bukan kesombongan...pun bukan kemunafikan. Hanya kesederhanaan tanpa konsep, tanpa tumpukan buku...pun tanpa perlu membuka kitab-kitab strata 123. Ku coba menuangkan secara lugas dan apa adanya. Semoga ini bisa menjadikan perenungan buat kita semua...
Kala kejadian ini berlangsung, seolah hati yang ada di dalam tubuh ini tak tergores sedikitpun rasa tamak, rasa rakus, rasa ingin memiliki...dan rasa congkak. Namun setelahnya aku baru menyadari....kenapa aku bisa bersikap seperti itu. Apa yang terjadi? Hingga sekarangpun aku tak tahu....
Hingga kini...aku merasakan bahwa kejadian ini adalah sebuah peristiwa dengan kesucian hati tingkat tinggi yang pernah aku alami...dan aku ingin menjadi seperti itu lagi. Benar-benar bersih, sebuah hati yang suci adalah sebuah hati yang terbungkus rapat-rapat oleh norma-norma dan dipagari oleh panji-panji Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebelum aku bercerita, mohon ambil makna kejadian ini dan cermati hikmahnya, karena aku tidak menginginkan label atas diriku yang mengalami, tapi hanya ingin berbagi kisah yang menurutku sangat baik untuk dijadikan tauladan ataupun pembelajaran tentang makna hidup.
CERITANYA :
Siang itu, aku berniat ke warnet untuk melihat info lowongan kerja. Warnet masih sangat jarang waktu itu, yang terdekat dengan jarak rumahku hampir 2,5 km. Aku masih pengangguran saat itu. Tak punya uang sama sekali....bokek full!!! Ku tunggu saja mami pulang dari kerja. Jam 1 siang mami pulang dari kerja. Aku langsung minta uang 5000 rupiah untuk ke warnet. Meski mami ngomel-ngomel, beliau tetap ngasih uang, karena buat lihat lowongan kerja mami pasti ngasih.
Aku ambil sepeda gunungku yang mulai usang, tapi dengan sepeda inilah aku bisa main kemana-mana tanpa ngeluarin ongkos bensin. Aku kayuh sepedaku, sengatan matahari tak kuhiraukan. Lama di bandung membuat kulitku putih bersih, jadi aku tantang matahari untuk menyengatku, tp nyesel juga sekarang jadi coklat gini...ha..ha...!
Di depan perempatan rumah sakit yang pernah memberikan aku bea siswa, aku berhenti, lampu merah masih menyala. Ku lihat ada sepasang pemuda disebelahku naik motor, yang dibelakang rambutnya gondrong. Lampu traffic light berwarna hijau. Lima kali kayuh ternyata tak sebanding dengan satu sentakkan gas motor kedua orang itu. Huhhhh...keringat mulai berjatuhan...karena panas dan capek mengayuh.
Aku mencoba mendahului motor itu, sebuah pemaksaan saja, percuma....sia-sia belaka. Sepeda punya kekuatan sebatas itu saja...kalau untuk balapan dengan motor tentunya adalah mustahil. Saat 10 meter dari perempatan, aku tiba-tiba secara refleks mengerem sepedaku, tapi remnya kurang pakem, akhirnya aku menghambat pedal yang ternyata bergerigi sehingga kakiku tertembus gerigi itu. Yah...kakiku berdarah, tapi aku bisa berhenti dengan menahan sakitnya kaki karena tertancap gerigi pedal.
Untung saja dibelakangku tak banyak kendaraan. Di depanku ada 2 orang abang becak yang sedang nge-tem nunggu penumpang. Sebetulnya alasanku menghentikan laju sepedaku adalah karena sekilas aku melihat secarik kertas berwarna merah. Makanya aku langsung memaksakan diri menghentikan laju sepedaku. Tanpa kusadar, darah mengucur dari kakiku sebelah kanan. Aku berhenti tepat di atas secarik kertas warna merah yang tak lain adalah uang 100 ribu rupiah.
Uang itu langsung aku ambil dengan cepat. Semuanya berjalan cepat dan spontan. Herannya tak ada seorangpun yang tahu bahwa di situ ada uang 100 ribu tak bertuan. Jalanan sepi.... Uang itu langsung aku pegang pakai tangan kanan. Saat itu seandainya naluri manusia normal, harusnya aku membalikkan arah sepedaku, pulang ke rumah. Tapi entah kenapa tak sedikitpun ada rasa ingin berbuat seperti itu. Bahkan tidak ada pikiran jelek waktu itu, padahal tak seorangpun melihat aku memungut uang itu. Aneh pikirku....
Aku agak maju ke depan berusaha minggir dari jalan. Dalam hatiku aku cuma memanjatkan doa pada Allah SWT. Batinku masih tak terbersit rasa ingin memiliki.
"Ya Allah, jika dalam beberapa menit ada orang kembali dan menanyakan uang ini, aku pasti akan berikan. Tapi jika
Senin, 30 April 2012
Jumat, 27 April 2012
KEMULIAAN DI BALIK BIOGRAFI SITI 'AISYAH. RA.
Siti Aisyah atau dikenal juga dengan Aisyah binti Abu Bakar adalah putri Abu Bakar Ashidiq yang juga merupakan istri Nabi Muhammad yang paling muda. Aisyah merupakan sosok wanita yang sangat cerdas dan kaya dengan lautan ilmu. Ia merupakan wanita yang istimewa karena kemahirannya dalam menyampaikan ilmu kepada para sahabat yang lain dan merupakan istri Nabi yang menghafal banyak hadits. Aisyah masuk Islam ketika masih kecil sesudah 18 orang yang lain. Ia merupakan istri Nabi yang sangat dikasihinya. Ia dinikahi pada tahun 2 H saat usianya masih 9 tahun.
Aisyah adalah putri Abdullah bin Quhafah bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Tamim bin Marrah bin Ka’ab bin Luay, yang lebih dikenal dengan nama Abu Bakar ash-Shiddiq dan berasal dari suku Quraisy at-Taimiyah al-Makkiyah. Ayahnya adalah ash-Shiddiq dan orang pertama yang mempercayai Rasulullah ketika terjadi Isra’ Mi’raj, saat orang-orang tidak mempercayainya.
Menurut riwayat, ibunya bernama Ummu Ruman. Akan tetapi, riwayat-riwayat lain mengatakan bahwa ibunya adalah Zainab atau Wa’id binti Amir bin Uwaimir bin Abdi Syams. Aisyah pun digolongkan sebagai wanita pertama yang masuk Islam, sebagaimana perkataannya, “Sebelum aku berakal, kedua orang tuaku sudah menganut Islam.”
Ummu Ruman memberikan dua orang anak kepada Abu Bakar, yaitu Abdurrahman dan Aisyah. Anak Iainnya, yaitu Abdullah dan Asma, berasal dan Qatlah binti Abdul Uzza, istri pertama yang dia nikahi pada masa jahiliyah. Ketika masuk Islam, Abu Bakar menikahi Asma binti Umais yang kemudian melahirkan Muhammad, juga menikahi Habibah binti Kharijah yang melahirkan Ummu Kultsum. Aisyah dilabirkan empat tahun sesudah Nabi diutus menjadi Rasulullah. Ketika dakwah Islam dihambat oleh orang-orang musyrik, Aisyah melihat bahwa ayahnya menanggung beban yang sangat besar. Semasa kecil dia bermain- main dengan lincah, dan ketika dinikahi Rasulullah usianya belum genap sepuluh tahun. Dalam sebagian besar riwayat disebutkan bahwâ Rasulullah membiarkannya bermain-main dengan teman-temannya.
Pernikahan yang Penuh Berkah
Dua tahun setelah wafatnya Khadijah r.a, datang wahyu kepada Nabi Shallallahu alaihi wassalam. untuk menikahi Aisyah . Setelah itu Rasulullah berkata kepada Aisyah, “Aku melihatmu dalam tidurku tiga malam berturut-turut. Malaikat mendatangiku dengan membawa gambarmu pada selembar sutera seraya berkata, ‘Ini adalah istrimu.’ Ketika aku membuka tabirnya, tampaklah wajahmu. Kemudian aku berkata kepadanya, ‘Jika ini benar dari Allah, niscaya akan terlaksana.” Mendengar kabar itu, Abu Bakar dan istrinya sangat senang, terlebih lagi ketika Rasulullah setuju menikahi putri mereka, Aisyah. Beliau mendatangi rumah mereka dan berlangsunglah pertunangan yang penuh berkah itu. Setelah pertunangan itu,
KESUCIAN HATI RASULULLAH
Suatu hari, Rasulullah sedang duduk di masjid dikelilingi para sahabat. Beliau tengah mengajarkan ayat-ayat Qur?an. Tiba-tiba Rasulullah berhenti sejenak dan berkata,?Akan hadir diantara kalian seorang calon penghuni surga?. Para sahabat pun bertanya-tanya dalam hati, siapakah orang istimewa yang dimaksud Rasulullah ini?. Dengan antusias mereka menunggu kedatangan orang tersebut. Semua mata memandang ke arah pintu.
Tak berapa lama kemudian, seorang laki-laki melenggang masuk masjid. Para sahabat heran, inikah orang yang dimaksud Rasulullah? Dia tak lebih dari seorang laki-laki dari kaum kebanyakan. Dia tidak termasuk di antara sahabat utama. Dia juga bukan dari golongan tokoh Quraisy. Bahkan, tak banyak yang mengenalnya. Pun, sejauh ini tak terdengar keistimewaan dia.
Ternyata, kejadian ini berulang sampai tiga kali pada hari-hari selanjutnya. Tiap kali Rasulullah berkata akan hadir di antara kalian seorang calon penghuni surga, laki-laki tersebutlah yang kemudian muncul.
Maka para sahabat pun menjadi yakin, bahwa memang i-laki itulah yang dimaksud Rasulullah. Mereka juga menjadi semakin penasaran, amalan istimewa apakah yang dimiliki laki-laki ini hingga Rasulullah menjulukinya sebagai calon penghuni surga?
Akhirnya, para sahabat pun sepakat mengutus salah seorang di antara mereka untuk mengamati keseharian laki-laki ini. Maka pada suatu hari, sahabat yang diutus ini menyatakan keinginannya untuk bermalam di rumah laki-laki tersebut. Si laki-laki calon penghuni surga mempersilakannya.
Selama tinggal di rumah laki-laki tersebut, si sahabat terus-menerus mengikuti kegiatan si laki-laki calon penghuni surga. Saat si laki-laki makan, si sahabat ikut makan. Saat si sahabat mengerjakan pekerjaan rumah, si sahabat menunggui. Tapi ternyata seluruh kegiatannya biasa saja. ?Oh, mungkin ibadah malam harinya sangat bagus,? pikirnya. Tapi ketika malam tiba, si laki-laki pun bersikap biasa saja. Dia mengerjakan ibadah wajib sebagaimana biasa. Dia membaca Qur?an dan mengerjakan ibadah sunnah, namun tak banyak. Ketika tiba waktunya tidur, dia pun tidur dan baru bangun ketika azan subuh berkumandang.
Sungguh, si sahabat heran, karena ia tak jua menemukan sesuatu yang istimewa dari laki-laki ini. Tiga malam sang sahabat bersama sang calon penghuni surga, tetapi semua tetap berlangsung biasa. Apa adanya.
Akhirnya, sahabat itu pun pun berterus terang akan maksudnya bermalam. Dia bercerita tentang pernyataan Rasulullah. Kemudian dia bertanya,?Wahai kawan, sesungguhnya amalan istimewa apakah yang kau lakukan sehingga kau disebut salh satu calon penghuni surga oleh Rasulullah? Tolong beritahu aku agar aku dapat mencontohmu?.
Si laki-laki menjawab,? Wahai sahabat, seperti yang engkau lihat dalam kehidupan sehari-hariku. Aku adalah seorang muslim biasa dengan amalan biasa pula. Namun ada satu kebiasaanku yang bisa kuberitahukan padamu.
Setiap menjelang tidur, aku berusaha membersihkan hatiku. Kumaafkan orang-orang yang menyakitiku dan kubuang semua iri, dengki, dendam dan perasaaan buruk kepada semua saudaraku sesama muslim. Hingga aku tidur dengan tenang dan hati bersih serta ikhlas. Barangkali itulah yang menyebabkan Rasulullah menjuluki demikian.?
Setiap menjelang tidur, aku berusaha membersihkan hatiku. Kumaafkan orang-orang yang menyakitiku dan kubuang semua iri, dengki, dendam dan perasaaan buruk kepada semua saudaraku sesama muslim. Hingga aku tidur dengan tenang dan hati bersih serta ikhlas. Barangkali itulah yang menyebabkan Rasulullah menjuluki demikian.?
Mendengar penjelasan itu, wajah sang sahabat menjadi erseri-seri. ?Terima kasih kawan atas hikmah yang kau berikan. Aku akan memberitahu para sahabat mengenai hal ini?. Sang sahabat pun pamit dengan membawa pelajaran berharga.
***
Kawan, kisah di atas barangkali tak lagi asing. Namun tiada rugi untuk ditutur kembali. Surga bukan hanya hak para wali, nabi, syuhada dan ulama. Jika kita merasa hanyalah orang kebanyakan, itu tak berarti kita tak berhak atas nikmat surga. Karena amalan kecil pun bisa menjadi kunci masuk surga. Dan ternyata kebersihan hati itu sangat besar nilainya.
Kawan, kisah di atas barangkali tak lagi asing. Namun tiada rugi untuk ditutur kembali. Surga bukan hanya hak para wali, nabi, syuhada dan ulama. Jika kita merasa hanyalah orang kebanyakan, itu tak berarti kita tak berhak atas nikmat surga. Karena amalan kecil pun bisa menjadi kunci masuk surga. Dan ternyata kebersihan hati itu sangat besar nilainya.
Jangan pernah berputus asa atas rahmatNya.
Sungguh Dia Maha Pemberi Karunia.
InsyaAllah, jika kita ikhlas,
tulus dan mengerjakan penuh cinta,
Dia takkan menyia-nyiakan
hambaNya.
Wallahu ‘alam
Langganan:
Postingan (Atom)